Turki dalam Cerita

by - November 27, 2018


Bagian satu
Karena tidak mungkin saya tulis langsung, maka untuk perjalanan kali ini akan saya posting dalam beberapa bagian

“Kadang kamu meminta sesuatu pada Allah, tapi Allah kasih bukan yang kamu minta. Tapi yang terbaik untukmu.”

Masih teringkat jelas saat berada di tahun pertama di bangku perkuliahan. Fase dimana ambisi masih sangat besar. Saya menuliskan 100 mimpi dalam dua lembar kertas yang kemudian agar semangat dan ingatan selalu terjaga, kertas itu saya tempel di dinding kamar indekos. Sangat jelas sekali salah satu mimpi saya pada waktu itu adalah “2018 goes to Eropa”.
Tiga tahun berlalu, dan kini mimpi itu nyata.
Pada awalnya kakak tingkat saya di kampus, aku biasa memanggilnya dengan sebutan mba Luki memberiku kabar bahwa ia mendapat info terkait Konferensi Intersional di Turki. Ia mendapat info tersebut dari website yang memang gudangnya informasi kegiatan Internasional yaitu conferencealerts.com

Setelah ngepoin acara tersebut akhirnya kami tertarik untuk berpartisipasi. Karena memang tema dari kegiatan tersebut masih nyambung dengan jurusan kami yaitu tentang arsitektur dan budaya. Saya tidak hanya berdua, tetapi juga mengajak adik tingkat buat bergabung. Fitra namanya.
Setelah berdiskusi panjang akhirnya kami sepakat untuk mengangkat tema Majapahit. Tentang rumah Majapahit, ancaman industri batu bata di daerah Trowulan yang notabene masih masuk wilayah cagar budaya, dampak keberadaan industri serta langkah yang diambil oleh pihak terkait dalam upaya menjaga warisan budaya. Alhamdulillah proses pembuatan abstrak lancar, tinggal kami konsulkan ke seorang teman yang expert di Bahasa Inggris. Karena memang ketentuan dari pihak penyelenggara abstrak harus menggunakan bahasa Inggris.

Oh iya, nama kegiannya itu International Conference on Tourism and Architecture (ITCAC) yang diselenggaraan oleh Karabuk University serta bekerjasama dengan Bukhara University. Bagusnya kegiatan konferensi ini adalah dipegang langsung oleh Dekan Fakultas Tourism dan untuk committenya juga beberapa profesor dari berbagai universitas di Turki. FYI, Safranbolu ini letaknya bukan di pusat kota. Perlu waktu sekitar 1 jam naik pesawat atau sekitar 7 jam menggunakan bis. Jangan ditanya soal keapikannya. Buat pecinta sejarah seperti saya dan 2 kawan saya, Safranbolu ini wajib masuk list tempat yang kudu didatengin. Karena disini terdapat kota tua yang juga telah masuk ke dalam World Herritage yang ditetapkan oleh Unesco.

Singkat cerita setelah penatian panjang,  setelah kami menerima LOA dari panitia, kami segera membuat proposal dana yang diajukan kepada pihak fakultas. Pasca drama panjang alhamdulillah di acc.  Selain itu buat kalian (khususnya mahasiswa Universitas Airlangga) kalian bisa mencoba untuk mengajukan permohonan dana di Pusat Pengelolaan Dana Sosial Unair (PUSPAS). Walaupun tidak 100% akan diacc, setidaknya kalian sudah mencoba. Hingga saya menulis pengalaman ini, saya juga masih belum mendapatkan kepastian dari sana. Hehehe

Langkah selanjutnya adalah pembelian tiket pesawat. Sebenarnya ini untuk kedua kali bagi saya berurusan dengan pertiketan tujuan ke Luar Negeri.  Namun kali ini lebih rumit ternyata. Kalau orang yang memiliki bisnis bilang “untuk mencai target, kita harus memiliki strategi”. Ya, benar!. Untuk mendapatkan tiket pesawat yang murah harus memiliki strategi pula. Wkwkwkwk apaan sih nia J. Langkah pertama, jika kalian akan bepergian jauh, seperti pengalaman saya ke Turki, usahakan jangan melakukan penerbangan langsung dari Indonesia. Karena pasti akan memakan biaya mahal. Jadi untuk itu saya membeli tiket dari Surabaya – Kuala Lumpur, baru Kuala Lumpur – Istanbul.

Oke lanjut. Hari yang ditunggpun datang. 20 Oktober 2018 saya dan 2 kawan lainnya terbang ke Malaysia. Sampai disana sekitar 9 malam dihari yang sama dan penerbangan ke Istanbul saya esok paginya. Otomatis saya harus bermalam di Bandara KLIA. Mengutari bandara negara orang, keluar masuk toko berbelanjaan, hingga mata saya menemukan minimart “Seven Eleven”. Bahagianya luar biasa. Akhinya saya akan makan (Dasar Mahasiswa wkwkwkwk). Pagi harinya di tanggal 21 Oktober 2018 sebelum flight ke Istanbul saya menyempatkan untuk sarapan pagi dahulu.

Selesai makan saya, fitra dan Mba luki segera munuju tempat counter check in. Kalau teman-teman tau memang minimart seven eleven ini searah dengan check in “Penerbagan Antarbangsa” jadi ya saya santai-santai saja meskipun ngga tau kenapa tiba-tiba punya bad feeling.
DUAARRRRR !!!!! ternyata benar. Setelah saya menghampiri papan besar yang berisi jadwal penerbangan ke berbagai tujuan, TIDAK ada tujuan menuju Istanbul. Mulai was-was karena jam yang sudah menunjukkan pukuk 08.20 sedangkan penerbangan saya adalah jam 09.30. Dengan segera akhirnya saya bertanya ke resepsionis dan ternyata penerbangan saya berada di Terminal satunya. Penerbangan antarbangsa yang dimaksud di tempat saya check in hanya penerbangan domestik Malaysia dan tujuan negara ASEAN. Wajah mulai panik, kami bertiga segera turun kebawah untuk membeli tiket kereta cepat. Tiket sudah ditangan, namun kereta ta kunjung tiba juga. 20 menit kemudian kami berhasil naik. Sedikit lari-lari dengan tas ransel yang berat dan koper ditangan sampailah di counter check ini Oman Air. Dan benar kami bertiga adalah penumpang terakhir yang melakukan check ini di penerbangan ini.

Sesampainya di imigrasi antrian sangat panjang. Padahal penerbangan saya tinggal 20 menit lagi. Panik maksimal, kami bertanya pada petugas, bilang jika penerbangan kurang sebentar lagi. Setelah berdebat panjang akhirnya kami diperbolehkan melawati imigrasi di kelas bisnis. Lagi-lagi gate penerbangan berada di 21C. Naik kereta lagi, nunggu kereta lagi. Sesampainya di gate tanpa basa basi lagi segera menuju pesawat karena pesawat akan take of dalam waktu kurang 15 menit lagi.

Sesampainya di dalam saya langsung menaruh koper dan tas dan duduk. Ini akan menjadi penerbangan terlama saya selama ini. 7 jam menuju Oman, transit 6 Jam di Oman dan 6 jam menuju Turki.
Ya sangat menegangkan sekali dan penuh drama. Okey sekian dulu see you in next story Perjalanan menuju Safranbolu Turki. 

You May Also Like

0 komentar