Reaktualisasi Cerita Rakyat Pak Sakera : Upaya Meningkatkan Nasionalisme pada Anak di Jawa Timur Melalui Komik

by - Februari 08, 2018


Prolog
Foklore seperti apa yang dikatakan oleh Prof. James memiliki cakupan yang sangat luas. Foklore tidak sama dengan tradisi lisan, baginya cakupan tradisi lisan sangat kecil, hanya berupa cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, dan nyanyian rakyat. Lebih dari itu, foklore memiliki cakupan yang lebih luas yang didalamnya termasuk tarian rakyat dan arsitektur rakyat.[1] Salah satu foklore yang terkenal di kalangan anak-anak adalah cerita rakyat.
Cerita rakyat sudah menjadi bagian dari khazanah budaya dan sejarah yang dimiliki oleh setiap bangsa termasuk Indonesia. Cerita rakyat juga bisa diartikan sebagai bentuk dari ekspresi budaya suatu masyarakat melalui tutur bahasa yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya serta nilai sosial dari masyarakat tersebut. Berbicara mengenai foklore

Sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu masyarakat Indonesia mengenal cerita rakyat maupun mitos, bahkan telah menjadi setengah dari sejarah hidup mereka. Cerita ini bahkan sudah kita dengar sejak kecil dan untuk menjaga keutuhan ceritanya terus disampaikan dari mulut ke mulut kepada generasi selanjutnya. Setiap cerita rakyat memiliki pesan moral, seperti yang terdapat pada cerita rakyat asal Sumatra, yakni Malin Kundang. Dalam cerita tersebut terdapat pesan jangan sampai seorang anak tidak patuh kepada orang tuanya. Kisah seorang anak yang durhaka kepada ibunya yang kemudian dikutuk menjadi batu ini sangat fenomenal di kalangan anak-anak di berbagai daerah. Oleh karena itu sering mendengar cerita tersebut, secara tidak sadar telah tertanam di dalam diri mereka untuk selalu patuh kepada orang tua. Cerita rakyat bahkan telah menjadi alat legitimasi, seperti cerita Si Pitung yang berasal dari tanah Betawi. Dalam cerita ini dikisahkan seorang jagoan asal Betawi yang sangat pemberani dan berilmu sakti yang menentang bahkan melawan pemerintah Belanda di Batavia.
Text Box: 2Begitupun di Jawa Timur berkembang kisah heroik seorang pemuda yang gagah perkasa dan memiliki keistimewaan serta kekuatan supranatural yang tubuhnya kebal dari benda tajam. Cerita ini dikenal dengan nama cerita folklor Pak Sakera. Cerita Pak Sakera lahir di Pasuruan, namun beliau lebih terkenal di Pulau Madura. Hal ini berkat darah keturunan beliau yang berasal dari Madura dan ber imigrasi ke Madura. Dalam cerita disebutkan bahwa beliau adalah seorang tuan tanah (mandor) serta dianggap sebagai tokoh pelindung masyarakat Madura. Beliau melawan pemerintah Belanda dan melindungi masyarakat kelas bawah. Beliau juga dikenal kebal dari berbagai senjata tajam. ( footnote wawancara dengan Muhammad Rusdi, tanggal 26 april 2017 di jalan sawah pulo 2/19)
Dalam masyarakat Madura, penggunaan kekerasan fisik dalam menyangkut kehormatan mereka merupakan ciri khas mereka. Oleh karenanya, orang luar sering takut dan menganggap orang Madura keras. Demikian dengan cerita pak sakera yang sering diidentifikasikan dengan carok khas orang Madura.(footnote Latief Wiyata, carok: konflik kekerasan dan harga diri orang madura, (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 18-19.) Bagi masyarakat Madura, Pak Sakera identik dengan harga diri dan simboli dari nilai nasionalisme.
*****
Seiring berkembangnya zaman, kemajuan teknologi yang sangat luar biasa telah membawa dampak bagi setiap orang di muka bumi ini, tanpa terkecuali anak-anak.  Seringkali mereka lebih tertarik menggunakan gadget daripada bermain dengan teman seumurannya. Mereka juga sudah tidak lagi tertarik dengan yang namanya cerita rakyat maupun mitos yang berkembang di masyarakat. Hal ini sedikit demi sedikit menggerus nilai nasionalisme pada setiap anak.
Riset membuktikan sekitar 57% dari orang tua mengatakan, anak mereka kebanyakan menghabiskan waktu seharian di depan layar gadget, sedangkan 43% lainnya mengaku bahwa anak mereka telah memiliki ikatan emosi dengan gadget yang dimilikinya. Dalam sebuah survey juga terungkap bahwa lebih dari setengah orang tua yang menjadi responden khawatir dengan tingkat publikasi konten seksual yang ditayangkan di gadget anaknya. “Rata-rata anak telah menghabiskan waktu lebih dari tiga jam untuk berkutat di depan layar gadget. Biasanya mereka bermain games, melihat video atau YouTube, dan berinteraksi di sosial media,” ujar Profesor Sonia Livingstone dari London School of Economic.[2]
Text Box: 3Ada sebuah fenomena menarik akibat hal tersebut. Anak-anak bebas dan dengan mudah mengakses berbagai informasi dari belahan bumi. Melalui media gadget mereka mengenal cerita-cerita dari negeri Jepang, Amerika, dan lainnya. Saat ini anak-anak di Indonesia lebih menyukai cerita seperti Naruto, Spiderman, Barbie, Ariel, dan Frozen daripada membaca cerita asli Indonesia seperti cerita Pak Sakera. Perubahan fenomena tersebut membawa dampak yang cukup serius pada perubahan karakter anak yang kemudian lebih mengikuti karakter cerita-cerita dari luar negeri. Hal ini berdampak pada terkikisnya rasa nasionalisme atau cinta tanah air.
*****
Bertitik tolak dari fenomena di atas, muncul sebuah ide untuk membangkitkan ingatan anak-anak melalu cerita Pak Sakera dalam bentuk komik sebagai metode baru yang bertujuan untuk melestarikan cerita rakyat dan juga membentuk karakter anak melalui sastra anak. Aspek kebahasaan yang kemudian dikaji untuk dapat melihat bagaimana sebuah teks dan gambar, dalam hal ini komik Pak Sakera mampu mentransfer ideologi dalam masyarakat kepada anak-anak sebagai target pembaca komik ini.
Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus mengesampingkan egonya untuk turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal karya para intelektual dan diperbincangkan dalam seminar. Akan tetapi pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas.
Text Box: 4Melalui komik Pak Sakera ini, diharapkan mampu mengajak kalangan anak-anak yang ada di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Timur untuk semakin memahami nilai nasionalisme dari simbolisasi cerita Pak Sakera. Dalam komik ini diceritakan kisah Pak Sakera dengan nilai nasionalisme yang lebih dominan sebagai upaya pencegahan degradasi moral yang ada di kalangan anak-anak terlebih di era global sekarang.
Urgensi dari reaktualisasi komik Pak Sakera ini adalah untuk membangun serta membangkitkan budaya membaca di kalangan anak-anak Indonesia, karena kepekaan akan membaca dan menulis menjadi kebutuhan penting bagi mereka. Ibarat manusia yang membutuhkan oksigen untuk bernafas, seperti itulah pentingnya hal ini. Jika dilihat ke depannya kemajuan sebuah bangsa dapat diukur melalui membaca dan menulis, karena dengan membaca dan menulis dapat membuka cakrawala pemikiran dan pengetahuan seseorang. Kemajuan teknologi dan globalisasi saat ini, tidak monoton membawa dampak negatif bagi anak-anak, jika dapat disikapi dengan bijaksana. Pentingnya akan nilai sebuah nasionalisme juga perlu ditanamkan kembali kepada generasi muda seperti anak-anak ini, karena jika dilihat ke belakang the founding father kita juga mempelopori kemerdekaan dan kebangkitan dengan mendalami budaya literasi.
Budaya membaca buku cetak berskala lokal dianggap lebih konvensional oleh masyarakat yang akhirnya secara perlahan mulai beralih ke e-book dan bacaan online yang lebih modern, karena dianggap dapat mengembangkan pengetahuan masyarakat dan lebih ekonomis daripada membeli buku cetak. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah ini yakni dengan memberikan pemahaman bahwasanya tidak semua karya terbitan asing berbobot dan berkualitas. Banyak karya lokal yang mampu bersaing dengan karya asing. Buku literasi khas Indonesia untuk anak-anak adalah cerita yang berkembang di Nusantara pada umumnya. Cerita ini berkembang di kalangan masyarakat daerah tertentu dan disebarluaskan secara lisan dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing sesuai dengan asal cerita daerah tersebut.
Cerita ini berkembang karena pengaruh timbal balik dari faktor-faktor sosial kultural dan mengandung pikiran tentang nilai yang harus menjadi panutan masyarakat yang bersangkutan dalam menyikapi perilaku sehari-harinya. Namun tidak semua cerita ini dibukukan sehingga masyarakat harusnya dapat mengekspos cerita ini, seperti layaknya cerita Pak Sakera yang lebih terkenal di Madura. Oleh karena itu, tidak hanya sebagai sarana mengekspos saja, tetapi juga agar dapat berkembang dan bersaing dengan cerita asing yang secara global sudah masuk di Indonesia.
Text Box: 5Perkembangan komik yang kini dapat dijumpai di hampir semua toko buku membuat persebaran cerita melalui komik lebih digandrungi masyarakat dan terlebih anak-anak. Dengan bentuk artistik yang lebih bagus dan model cerita hero lebih mudah diterima oleh kalangan anak-anak.
Sudah sewajarnya komik ini mampu dijadikan acuan oleh seluruh generasi muda, khususnya anak-anak. Bukan lagi sekedar membaca sinopsis saja untuk mengetahui isi dari cerita tersebut, tetapi mulai dari halaman awal sampai akhir. Melalui komik ini juga diharapkan tercipta revolusi mental yang dapat berakar kuat di jiwa generasi muda untuk menjadikan bangsa Indonesai lebih maju dan berjiwa nasionalisme.
Ide komik ini kemudian akan direalisasikan melalui kerja sama dengan seniman komik yang mampu menciptakan karya komik sesuai dengan ide penulis. Dimana sasaran penulis adalah anak-anak, maka hasil karya komik ini nantinya diharapkan mampu menarik minat anak-anak dalam membacanya. Tanpa melupakan nilai nasionalisme yang diangkat oleh penulis dalam karya komik ini.
Melalui value yang terdapat dalam komik Pak Sakera ini diharapkan mampu menjadi landasan dasar untuk membentuk kepribadian anak untuk mengenal tokoh pahlawannya yang mengajarkan akan rasa cinta tanah air atau nasionalisme bangsa.

 Value ini disampaikan dari pesan sejarah (cerita Pak Sakera), fakta keilmuan yang dikaitkan dengan Negara, hal-hal yang membanggakan, harapan atau impian bangsa, bahkan bisa juga identitas sosial seperti suka dan agama.

Epilog
Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini diharapkan kehadiran komik Pak Sakera ini dapat berkembang hingga ke multimedia berbasis android yang mampu di akses oleh seluruh kalangan luas melalui gadget. Secara garis besar, pengertian gadget adalah obyek teknologi seperti perangkat atau alat yang memiliki fungsi tertentu, dan sering dianggap sebagai hal yang baru. Gadget selalu dianggap sesuatu yang tidak biasa atau sesuatu yang dirancang secara cerdik melebihi objek teknologi normal yang ada pada saat penciptaannya. Gadget juga dianggap sebagai kebutuhan pokok di era global saat ini. Oleh karenanya diharapkan agar tidak hanya anak-anak saja yang nantinya mampu mengakses komik Pak Sakera ini, namun juga kalangan orang dewasa dan masyarakat luas. Diharapkan dengan komik Pak Sakera  yang berbasis digital pun mampu mengubah pola pikir masyarakat umum bahwasanya komik dengan cerita rakyat mampu bersaing di era global. Begitu maraknya arus globalisasi dari asing tidak akan mengurangi nilai dari ciri khas bangsa Indonesia yang santun dan berminat, serta menambah rasa nasionalisme di diri bangsa Indonesia.
Text Box: 6
DAFTAR PUSTAKA



Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT. Temprint.
Kartono, Kartini. 1982. Psikologi Anak. Bandung: Penerbit Alumni.
Rusdi, Muhammad. 2017. “Interview Cerita Rakyat Pak Sakera”. Jl. Sawah Pulo 2/19
Rumiyati. 2017. “Interview Asal Usul Pak Sakera”. Komplek Sidotopo 2/1A
Wiyata, Latief. 2002. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta: LKiS.







[1] James Danandjaja, Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain, (Jakarta: PT. Temprint, 2007), hlm.5.

You May Also Like

0 komentar